ELISA sebagai salah satu
metode uji serologis mempunyai satu kelebihan yaitu mampu mendeteksi beberapa
jenis antibodi dari 1 sampel serum (tergantung dari kit ELISA yang digunakan).
ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi (yaitu kemampuan mendeteksi ayam yang
tidak terinfeksi atau ayam yang tidak terinfeksi dinyatakan negatif) yang
tinggi.
Peralatan yang digunakan dalam uji
serologis melalui ELISA salah satunya ialah microreader
Metode uji ini banyak
digunakan untuk mendeteksi infeksi virus (IB atau IBD) maupun bakteri, seperti Salmonella
sp. dan Pasteurella multocida. ELISA juga merupakan metode uji
serologis yang cepat untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Namun
peralatannya, seperti reader, washer dan komputer relatif mahal.
ELISA (singkatan bahasa Inggris: Enzyme-linked
immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben taut-enzim'
merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini
memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana,
ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada
tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya
interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).
Umumnya ELISA dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu competitive assay yang menggunakan konjugat
antigen–enzim atau konjugat antobodi–enzim, dan non-competitive assay
yang menggunakan dua antibodi. Pada ELISA non-competitive assay,
antibodi kedua akan dikonjugasikan dengan enzim sebagai indikator. Teknik kedua
ini seringkali disebut sebagai "Sandwich" ELISA.
Uji ini dilakukan pada plate 96-well
berbahan polistirena. Untuk melakukan teknik "Sandwich" ELISA ini,
diperlukan beberapa tahap yang meliputi:
- Well dilapisi atau ditempeli antigen.
- Sampel
(antibodi) yang ingin diuji ditambahkan.
- Ditambahkan
antibodi kedua yang dikonjugasikan dengan enzim tertentu seperti
peroksidase alkali. Antibodi kedua ini akan menempel pada antibodi sampel
sebelumnya.
- Dimasukkan
substrat enzim yang dapat menimbulkan warna tertentu saat
bereaksi.
- Intensitas
warna campuran diukur dengan spektrofotometer yang
disebut ELISA reader hingga mendapatkan hasil berupa densitas optis
(OD). Dengan menghitung rata-rata kontrol negatif yang digunakan,
didapatkan nilai cut-off untuk menentukan hasil positif-negatif
suatu sampel. Hasil OD yang berada di bawah nilai cut-off merupakan
hasil negatif, dan demikian juga sebaliknya.
Uji ini memiliki beberapa kerugian, salah
satu di antaranya adalah kemungkinan yang besar terjadinya hasil false
positive karena adanya reaksi silang antara antigen yang satu dengan
antigen lain.[2] Hasil berupa
false negative dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window
period, yaitu waktu pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah antibodi tersebut masih
sedikit dan kemungkinan tidak dapat terdeteksi.[3]
B. JENIS TES ELISA
1. Indirect ELISA
Tahap umum yang digunakan dalam indirect ELISA
untuk mendeterminasi konsentrasi antibodi dalam serum adalah:
a.
Suatu antigen yang sudah dikenal dan
diketahui konsentrasinya ditempelkan pada permukaan lubang plate
mikrotiter. Antigen tersebut akan menempel pada permukaan plastik dengan cara
adsorpsi. Sampel dari konsentrasi antigen yang diketahui ini akan menetapkan
kurva standar yang digunakan untuk mengkalkulasi konsentrasi antigen dari
suatu sampel yang akan diuji.
b.
Suatu larutan pekat dari protein non-interacting,
seperti bovine serum albumin (BSA) atau kasein, ditambahkan dalam semua
lubang plate mikrotiter. Tahap ini dikenal sebagai blocking,
karena protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari protein lain ke plate.
c.
Lubang plate mikrotiter atau
permukaan lain kemudian dilapisi dengan sampel serum dari antigen yang tidak
diketahui, dilarutkan dalam buffer yang sama dengan yang digunakan untuk
antigen standar. Karena imobilisasi antigen dalam tahap ini terjadi karena
adsorpsi non-spesifik, maka konsentrasi protein total harus sama dengan antigen
standar.
d.
Plate dicuci, dan
antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji dimasukkan dalam
lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen terimobilisasi pada permukaan
lubang, bukan pada protein serum yang lain atau protein yang terbloking.
e.
Antibodi sekunder, yang akan
mengikat sembarang antibodi pendeteksi, ditambahkan dalam lubang. Antibodi
sekunder ini akan berkonjugasi menjadi enzim dengan substrat spesifik. Tahap
ini bisa dilewati jika antibodi pendeteksi berkonjugasi dengan enzim.
f.
Plate dicuci
untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak terikat.
g.
Dimasukkan substrat yang akan diubah
oleh enzim untuk mendapatkan sinyal kromogenik/ fluorogenik/ elektrokimia.
h. Hasil
dikuantifikasi dengan spektrofotometer, spektrofluorometer atau alat optik/
elektrokimia lainnya.
Enzim bertindak sebagai amplifier,
bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim yang tetap terikat, molekul
enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian utama dari metode indirect
ELISA adalah metode imobilisasi antigennya non-spesifik, sehingga setiap
protein pada sampel akan menempel pada lubang plate mikrotiter, sehingga
konsentrasi analit yang kecil dalam sampel harus berkompetisi dengan protein
serum lain saat pengikatan pada permukaan lubang.
2. Sandwich ELISA
Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai
berikut:
- Disiapkan permukaan untuk
mengikatkan antibodi ‘penangkap’
- Semua non spesifik binding
sites pada permukaan diblokir
- Sampel berisi antigen
dimasukkan dalam plate
- Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang
tidak terikat
- Antibodi primer
ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan antigen
- Antibodi sekunder yang
berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan berikatan dengan antibodi
primer
- Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang
tidak terikat dapat dibuang
- Ditambahkan reagen yang
dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/ berfluoresensi/
elektrokimia
- Diukur
absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen
Keuntungan utama dari metode sandwich
ELISA adalah kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat
secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi
penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat
diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen
yang terimobilisasi.
3. ELISA kompetitif
Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif
berbeda dari dua metode yang telah dibahas sebelumnya, yaitu:
- Antibodi yang tidak
berlabel diinkubasi dengan kehadiran antigennya
- Komplek antigen-antibodi
ini selanjutnya ditambahkan pada lubang yang telah dilapisi antigen
- Plate dicuci, sehingga kelebihan antibodi tercuci
(semakin banyak antigen dalam sampel, semakin sedikit antibodi yang dapat
terikat pada antigen yang menempel pada permukaan lubang, karena inilah
disebut kompetisi
- Ditambahkan antibodi
sekunder yang spesifik utnuk antibodi primer. Antibodi sekunder ini
berpasangan dengan enzim
- Substrat ditambahkan,
enzim akan mengubah substrat menjadi sinyal kromogenik/ fluoresensi.
Dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi
antigen orisinal,semakin lemah sinyal yang dihasilkan.
C. MEKANISME KERJA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar